Kamis, 16 Juni 2016

Saat engkau merasa paling sengsara karena rindu





Lihatlah penyanyi jalanan yang hanya bermodal sebuah gitar, kadang suaranya sampai serak, kadang juga parau, namun hanya beberapa rupiah saja yang didapatkannya.

Pengemis kecil tanpa alas kaki, bajunya kumal karena tak pernah diganti, ragu untuk melangkah terkadang, mukanya meringis, kadang juga cengas-cengis, bercampur malu dan takut dengan suara lantang yang muncul dari depan pintu.


Bapak tua tukang jualan sapu dan alat-alat plastik, gerobagnya reot, keringat mengucur di sana-sini.

Pemulung, tukang becak, kuli batu, kuli bangunan, ibu-ibu tua penyapu jalan, embok jamu, tukang parkir, pembuat layangan, pembuat mainan anak-anak, penggesek ikan yang berbaur amis di tubuhnya.

Tahukah engkau apa yang paling dirindukan mereka?
Hanya sesuap nasi untuk sehari saja, semoga cukup sampai nanti malam, semoga perut bisa makan meskipun berbagi dalam satu bungkus nasi hanya dengan kuah tanpa lauk.

Lalu, sekarang, setelah engkau melihat mereka semua satu demi satu dengan mata-kepalamu sendiri, masihkah engkau merasa paling sengsara di dunia karena rindu?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar