Selasa, 14 Juni 2016

Lelaki Serupa Perempuan


Dia adalah orang special yang bekerja melawan gelap-gemerlapnya malam,
tidak ada yang mau hidup sepertinya, karena manusia tercipta tentu dibekali nurani, dan setiap nurani pasti bersih dan suci, aku yakin itu. 

Dari satu tempat ke tempat yang lain, memakai pakaian yang tidak seharusnya, sesekali bermain mata, dan benci sekali kepada kaum kami, "Hawa". 
Sebenarnya saat itu aku juga takut, takut dan agak ngeri melihat tampangnya, berbekal alat musik berbentuk lingkaran berwarna kuning emas dengan lonceng cukup banyak berjarak beberapa sentimeter untuk kemudian bertemu dengan lonceng yang lain, aku tak tahu nama alat musik itu, tapi bunyinya "icik icik icik" dengan suaranya pas-pasan yang dicengkok-cengkokkan sebisanya dia berkata...
"makasih cinta" lalu melengos begitu saja seperti tak terjadi apa-apa. 

Suasana menjadi hening, aku tak bisa berkata apapun, seperti ada yang tercekat di tenggorokan.

Hidup adalah sebuah pilihan, tidak ada yang salah, namun di satu detik sebelum dia pergi, kuangkat tanganku dan kusematkan doa dalam hati,

Tuhanku, bahagiakanlah dia. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar