Kamis, 16 Juni 2016

Bapak tua tanpa nama


Senyumnya tetap tulus di tengah teriknya matahari siang ini. Sebuah topi kumal setia bertengger di kepalanya, dengan rambut yang kesemuanya hampir memutih, topi yang selalu sama setiap harinya. Baju seadanya, wajah keriput dengan sandal jepit berwarna putih, merah tua pada pengaitnya. Ada kekaguman yang terbersit di hati setiap melihatnya. Jujur, setiap malas mulai melanda tubuh ringkih ini aku selalu mampir ke tempat itu, sebuah minimarket di perempatan jalan, aku melihatnya tajam tanpa dia tahu. Serentet doa sederhana pun muncul, Tuhan berikan sedikit semangat bapak tua itu untukku, buat aku malu kalau perlu sangat malu ketika kata boring, malas, tidak mood melanda diri ini.


"neng, di situ tidak ada uangnya, kalau transfer masih bisa, tapi tidak bisa mengambil uang"

"oh gitu ya pak? Ya sudah, ini pak parkirnya"

"tidak usah neng, kan tidak jadi masuk"

aku tersenyum mengingat kejadian tiga hari lalu ketika koin seribu-ku tidak diterima bapak tua tukang parkir yang notabene sudah akrab denganku itu. Tapi hari ini kosong, bapak tua itu tidak ada, kemana? Mataku menyapu ke segala arah, tapi tetap tak kutemukan wajah senyumnya. Entah diambil atau tidak akhirnya kuputuskan menaruh koin 1000 itu di atas kursi kecil tempat biasa bapak tua itu duduk.

"ini uang parkirnya pak" kataku dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar